Sudan – Pemerintah Sudan secara resmi memutus seluruh hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA) pada hari Senin. Langkah drastis ini diambil setelah Sudan menuduh UEA memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok bersenjata yang terlibat dalam konflik internal. Khartoum secara tegas menyebut UEA sebagai “negara agresor” yang dianggap telah melanggar kedaulatan Sudan.
Ketegangan antara kedua negara telah memanas sejak konflik internal Sudan pecah. Pemerintah Sudan menuduh UEA memberikan bantuan logistik dan militer kepada Pasukan Dukungan Cepat (RSF), kelompok paramiliter yang bertikai dengan tentara nasional. Tuduhan ini menjadi pemicu utama keputusan pemutusan hubungan diplomatik yang berdampak luas.
Dalam pernyataan resminya, pejabat Kementerian Luar Negeri Sudan menegaskan langkah ini sebagai upaya mempertahankan kedaulatan negara. Mereka menyatakan UEA telah bertindak melewati batas dan bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Sudan akibat konflik yang berkepanjangan. Pemerintah Sudan juga mendesak komunitas internasional untuk memperhatikan masalah ini.
Sampai saat ini, UEA belum memberikan tanggapan resmi terkait pemutusan hubungan diplomatik tersebut. Namun, analis memprediksi langkah ini akan berdampak serius pada hubungan bilateral, termasuk kerja sama ekonomi dan investasi antara kedua negara. Dampaknya juga diperkirakan akan memengaruhi stabilitas kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Keputusan Sudan menandai babak baru dalam hubungan kedua negara yang diperkirakan akan memperdalam ketegangan. Tanpa upaya mediasi dari pihak ketiga, situasi ini berpotensi berkembang menjadi konflik yang lebih luas. Sementara itu, rakyat Sudan terus menjadi korban utama dari konflik berkepanjangan yang belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian.