Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, memperingatkan pada Senin bahwa posisi Amerika Serikat yang terus berubah dalam setiap putaran perundingan berisiko memperpanjang pembicaraan nuklir dan merusak kepercayaan timbal balik antara kedua negara.
Dalam wawancaranya dengan Al Mayadeen, Baqaei menyatakan bahwa selama posisi Washington terus bergeser dan saling bertentangan, maka proses negosiasi tidak akan membuahkan hasil. Ia menegaskan bahwa dalam kondisi seperti itu, sangat sulit untuk membangun suasana saling percaya.
Baqaei menambahkan bahwa Iran mengikuti perundingan ini sambil terus menghadapi tekanan berkelanjutan dari AS selama beberapa dekade terakhir, termasuk sanksi ekonomi dan ancaman militer yang terus berlangsung. Menurutnya, hal tersebut secara fundamental merusak kemungkinan terciptanya rasa saling percaya terhadap pihak Amerika.
Lebih lanjut, Baqaei menyoroti ketidakjelasan motif sebenarnya di balik desakan Washington agar Iran sepenuhnya menghentikan pengayaan uranium di dalam negeri. Ia menyatakan bahwa Iran tidak dapat memahami tujuan strategis AS dalam hal ini.
Baqaei juga menekankan bahwa setiap pengamat netral dapat melihat bahwa para pembuat kebijakan di Washington semakin tunduk pada tekanan dari kelompok-kelompok yang menolak diplomasi. Menurutnya, kelompok inti dari penentang tersebut adalah “rezim pendudukan Israel,” entitas yang, katanya, menolak semua jalur perdamaian dan terus mendorong konflik berkepanjangan di kawasan.
Terkait hubungan regional, Baqaei menegaskan bahwa Iran memprioritaskan keamanan kawasan dan menjadikan hubungan baik dengan negara-negara tetangga sebagai strategi utama. Ia menuturkan bahwa Iran percaya kawasan yang kuat membutuhkan “bangsa-bangsa yang kuat dan berdamai, serta menjalin hubungan bersahabat.” Oleh karena itu, tambahnya, “kami ulurkan tangan kepada semua tetangga kami.”
